Rabu, 26 Juli 2017

AC-47T Fantasma, Pesawat Renta yang Bersalin Rupa Jadi Pencabut Nyawa


Berita Militer Terbaru - Tua-tua keladi, julukan paling pasti yang bisa disematkan ke AC-47T Fantasma milik Kolombia. Kelihatannya memang remeh dan renta, tapi soal kemampuan nanti dulu. Di balik sosoknya yang terkesan renta, AC-47T berani diadu dengan pesawat gunship modern.
AU AS boleh terus mengupgrade AC-130 sampai ke standar Ghostrider yang sangat canggih, tetapi negara lain yang tidak punya anggaran sama sekali harus pintar putar otak, apalagi kalau memang benar-benar membutuhkan peran pesawat gunship. Adalah Kolombia yang menghadapi problem multi dimensi.
Sudahlah masalah mafia narkotika kelas dunia tidak pernah bisa diberantas habis, masih ada problem pemberontakan FARC yang disokong secara diam-diam oleh negara tetangga. Aktivitas pemberontak FARC yang nekat melancarkan serangan bersenjata, penculikan, dan aksi bumi hangus telah lama merepotkan militer Kolombia, bahkan pada pertengahan 1990an nyaris melumpuhkan militer Kolombia.
Amerika Serikat yang sudah lama menjadi karib Kolombia menjadi penyambung nyawa yang dapat diandalkan. Melalui sejumlah operasi rahasia yang disokong CIA maupun Departemen Luar Negeri melalui program Plan Colombia, sejumlah bantuan pelatihan dan alutsista pun digelar. Untuk pesawat terbang, Deplu AS menyumbangkan OV-10 Bronco, sementara AU AS membantu dalam bentuk pesawat C-47 yang dimulai pada tahun 1987.
Dalam usianya yang sudah lebih dari 70 tahun, DC-3 dan C-47 menolak untuk menjadi tua dan pensiun, dan bahkan masih gegas bertugas di negara-negara dunia ketiga. Mungkin pembaca terhenyak, kok membantu dalam bentuk pesawat uzur? Sebenarnya Amerika ini serius tidak ya untuk menolong?
Rupa-rupanya, sebelum dikirimkan ke Kolombia, C-47 sumbangan Amerika Serikat ini dipermak dan dimodif habis-habisan. C-47 tersebut dibangun ke standar AC-47, kurang lebih sama dengan pakem yang dipakai AU AS dalam membuat pesawat gunship yang dijuluki Puff the Magic Dragon pada masa-masa Perang Vietnam terdahulu.
Dua pesawat pertama, nomor seri 1686 dan 1681, tiba di Kolombia dengan dipiloti oleh set kru Kolombia yaitu Kolonel Gerber CastaƱeda Sanchez dan Kolonel Wilson dan Kepala Teknisi Heriberto Montealgere, Orlando Vanegas and Onesimo Lozano. Namanya pesawat renta, akhirnya kecelakaan pun terjadi pada 1988 dimana satu unit AC-47 jatuh karena icing di permukaan kontrol pesawat.
Setelah enam tahun, akhirnya AU Kolombia memutuskan bahwa sudah waktunya melakukan upgrade pada AC-47 yang mereka gunakan. Bagi sebagian orang langkah upgrade ini dicibir karena seperti memperpanjang napas orang yang sekarat. Namun ternyata, AU Kolombia cukup cerdik. Dengan dana yang disediakan oleh Amerika Serikat, Kolombia langsung belanja untuk membangun AC-47 yang mereka mau.
Lupakan bayangan pesawat tua dengan mesin radial yang terbang pelan, karena C-47 tersebut dikirim dulu ke perusahaan Basler yang bertanggungjawab untuk memodernisasi C-47 ke standar BT-67/ C-47 Turbo.
Embel-embel turbo tersebut berasal dari pemasangan mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-67R dengan lima bilah propeller Hartzell menggantikan mesin Wright R-1820 Cyclone. Mesin yang sangat populer ini menaikkan kinerja C-47 secara drastis, kecepatan jelajahnya naik 22%.
Sementara itu Basler juga menambahkan plug atau penambahan segmen fuselage antara pangkal sayap dengan segmen kokpit. Struktur C-47 juga diperkuat terutama di wing root, plus modifikasi di ujung sayap dan leading edge untuk karakter pengendalian pesawat yang lebih baik.
Perubahan ini membawa kemampuan gotong kargo B-67T naik 43% serta stall speed yang lebih rendah, cocok untuk pemasangan sistem senjata gunship. Dampak negatifnya hanya berkurangnya jarak jelajah karena mesin P&W yang lebih boros bahan bakar, tetapi Basler mensolusikannya dengan pemasangan tangki bahan bakar baru.
Yang paling keren, kokpit pesawat dibuat ultra modern dengan pemasangan sistem avionik baru, dimana sebagian besar instrumen sudah menggunakan layar LCD. Daftar lengkap avioniknya adalah Garmin GTN 750 Nav/ Comm/ GPS dengan TAWS B, Garmin GTX33D Transponder, Bendix/ King KCS55A Compass System, Bendix/ King KN-63 DME, KRA-045B Radar Altimeter, radar cuaca Garmin GWX 70, dan inverter kelistrikan. Semua sistem avionik baru ini sudah dilengkapi iluminasi sehingga dapat dioperasikan saat pilot mengenakan NVG (Night Vision Goggles).
Setelah Basler Turbo Conversion menyelesaikan modifikasi ke standar BT-67 yang dilaksanakan di Ogden Air Logistics Center, Hill AFB, Utah, pekerjaan refit ke standar AC-47T dikerjakan oleh perusahaan ARINC Engineering Services.
Sejumlah peralatan kembali dipasang seperti sistem alat komunikasi radio, interkom radio di kokpit dan ruang kargo, perangkat OBOGS (On Board Oxygen Generating System) untuk memasok oksigen bagi pilot yang mengenakan masker, dan kemudian panel balistik anti peluru di kokpit.
Untuk pengarah ke sasaran, disiapkan sistem bola sensor FLIR (Forward Looking Infra Red) FLIR Systems Star Safire II yang dipasang di bawah kokpit pesawat. Bola sensor Star Safire II distabilisasi pada 5 sumbu sehingga mampu menampilkan citra yang ajek walaupun ada getaran dan manuver pesawat.
Fiturnya kurang lebih sama dengan sistem elektro optik buatan Wescam, menampilkan kamera dengan sensor CCD, laser rangefinder, dan kamera termal. Konsol pengendali sensor dipasang di sisi kanan ruang kargo depan, tepat setelah kokpit.
AU Kolombia melakukan konversi secara bertahap, mulai tahun 1993 dengan tiga pesawat, dan baru berakhir pada tahun 2006 setelah total delapan pesawat berhasil dibangun, walaupun jumlah AC-47 Kolombia sesungguhnya lebih banyak. Soal dana tersedia sudah tentu jadi kendala. Seluruh pesawat dirakit, dimodifikasi, dan diupgrade dengan pengawasan ketat dari Liaison Officer AU Kolombia, Kolonel Manuel Guaitarilla dan Jose Javier Gomez.
Pesawat AC-47 hasil modifikasi Basler ini diberi kode AC-47T, dengan T untuk Turbo. Julukan yang diberikan untuk AC-47T adalah Fantasma, atau bahasa Spanyol yang bila diterjemahkan berarti hantu. Seluruh AC-47T ditempatkan di unit Comando Aereo De Combate 3 (CACOM 3) dan ditugaskan khusus untuk melakukan misi COIN (Counter Insurgency) atau kontra pemberontakan. Pada tahun 1997, pilot-pilot AC-47T mulai berlatih terbang malam dengan sarana bantu NVG untuk memberikan kejutan dan keunggulan bagi pesawat gunship yang satu ini.
AC-47T sendiri diperlengkapi dengan gabungan senjata yang cukup unik dan tidak ditemui pada pesawat gunship lain. Jika pesawat gunship AC-47 mengandalkan senapan mesin multi laras 7,62mm sebanyak tiga buah, AC-47T mempergunakan kanon multilaras dan kanon tembak cepat, keduanya dengan kaliber 20mm.
Yang satu adalah kanon multilaras 20mm M197 dengan tiga laras, yang satu lagi adalah kanon Perancis M621. Keduanya mengadopsi peluru 20x102mm standar NATO, dan dipasang pada sudut yang berbeda. M197 dipasang pada sudut yang lebih rendah dibandingkan dengan M621, untuk memberikan cakupan bidang tembak yang luas pada saat AC-47 terbang berputar. (Aryo Nugroho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar