Berita Militer Terbaru -Tentara Udara Diraja Malaysia semakin bertaji dan sakti. Jika tahun lalu Su-30MKM berhasil mengintegrasikan bom pintar buatan Amerika Serikat GBU-12, kini tersiar kabar kalau F/A-18D Hornet TUDM telah menyelesaikan program peremajaan dan peningkatan kemampuan yang dimulai sejak 2011.
Maklum saja, F/A-18D Hornet TUDM sendiri usianya sudah memasuki dua dekade, jadi sudah pantas jika dilakukan peningkatan kemampuan. Malaysia sendiri mendapatkan fasilitas FMS (Foreign Military Sales) untuk mendanai peremajaan yang dilakukan melalui program ECP (Engineering Change Proposal) 618 dari perusahaan Boeing selaku pembuat Hornet.
Peremajaan kemampuan F/A-18D TUDM tersebut berfokus pada peningkatan letalitas, dengan memperkenalkan helm pintar JHCMS (Joint Helmet Mounted Cueing System), rudal baru AIM-9X Sidewinder, kit GPS (Global Positioning System) dan sistem pemandu untuk bom pintar JDAM (Joint Direct Attack Munition), dan pod pengindera ATFLIR (Advanced Targeting Forward Looking Infra-Red).
Menurut Kepala Staf TUDM Jenderal Datuk Seri Affendi Buang, F/A-18D hasil modifikasi ini merupakan lompatan jauh bagi armada Hornet Malaysia, dan menjadikannya setara dengan standar F/A-18E/F Super Hornet Block 1. Pengerjaan modifikasi tersebut dilakukan atas satu airframe di pabrik Boeing di St. Louis, Missouri dan sisanya dilakukan di Malaysia. Modifikasi terakhir selesai pada April 2015, dan pesawat-pesawat F/A-18D yang dimodifikasi tersebut terlihat sudah menggunakan kit modifikasi. Baru minggu ini Kepala Staf TUDM mengungkap seluruh detail upgrade pada F/A-18D kepada pers Malaysia.
Dengan diperkenalkannya JHCMS dan AIM-9X, pilot-pilot Hornet Malaysia kini bisa melakukan penguncian secara off boresight, dimana pilot cukup menengokkan kepala saja dan melihat sasaran, maka rudal akan melesat mengikuti posisi kuncian terakhir. Rudal AIM-9X yang dilengkapi nosel buang yang bisa dibelok-belokkan akan mengikuti trayektori paling efisien untuk mengejar musuh. JHCMS sendiri sudah melengkapi F/A-18D TUDM sejak tahun 2014.
Sementara untuk menyerang sasaran darat, F/A-18D Hornet TUDM bisa memandu bom-bom berbasis GPS yang dimilikinya mulai dari GBU-31, 32, 38, dan 54 untuk serangan yang lebih presisi, tanpa perlu terhalang cuaca seperti awan tebal atau kabut seperti saat menggunakan bom berbasis laser Paveway.
Sementara AN/ASQ-228 ATFLIR buatan Raytheon akan menggantikan Nitehawk milik TUDM sebelumnya, dengan paduan lengkap sensor berupa kamera termografi, kamera untuk kondisi cahaya rendah, laser pengukur jarak, laser pembidik sasaran, dan pendeteksi sinar panduan laser dari darat. ATFLIR memang diciptakan spesifik untuk generasi Hornet, mulai dari F/A-18C/D Hornet sampai Super Hornet yang dipakai AL AS sehingga tidak mengherankan kalau TUDM mengikuti langkah AL AS dan Korp Marinir AS dalam mengadopsi ATFLIR.
Dengan modifikasi pada F/A-18D, TUDM melengkapi seluruh proses peningkatan kemampuan pada pesawat-pesawat tempur miliknya. Sebelumnya diumumkan pula mahwa MiG-29M milik TUDM akan diperbarui oleh Rusia. Malaysia sendiri berharap bahwa F/A-18D yang digunakannya dapat bertugas sampai tahun 2030 atau sesudahnya. (Aryo Nugroho)
Sumber : uctalks.ucweb.com
Supoorted By : www.grosirsenapanangin.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar